Ungkapan di atas merupakan sebuah ungkapan yang sangat bijaksana dalam menyikapi prilaku manusia yang memilki keinginan tiada terbatas. Tidak salah kalau kita memiliki mimpi – mimpi dan cita – cita yang tinggi. Juga tidak keliru kalau kita memiliki ambisi tertentu dan berupaya untuk merealisasikan ambisi tersebut. Karena pada dasarnya manusia disuruh berupaya di muka bumi ini untuk meraih yang terbaik bagi dirinya dengan upaya yang sungguh – sungguh. Siapa yang sungguh – sungguh dia akan memperoleh hasilnya dan Allah tidak akan mengubah nasib seseorang kecuali dia sendiri yang mengubahnya. Yang patut menjadi perhatian dan renungan kita adalah bagaimana proses meraihnya dan apa saja dampaknya.
Dalam hal hidup dan kehidupan, manusia seringkali dibelenggu oleh keinginan – keinginan yang tak berkesudahan. Karier, harta, pangkat, dan jabatan seringkali memperbudak kita. Ambisi yang berlebihan menyebabkan orang merasa tidak puas dengan kondisi yang ada. Tidak jarang cara – cara yang tidak wajar dan menyalahi syariat digunakan untuk memenuhi ambisinya. Semuanya ingin diraih, segalanya ingin dilakukan tanpa mengukur diri terlebih dulu. Padahal tidak semuanya bisa kita raih dan tidak semuanya bisa kita lakukan. Ada porsi – porsi tertentu yang sesuai dengan ukuran dan takaran kemampuan kita dan jika itu kita langgar dampaknya akan terasa bagi kita baik langsung ataupun tidak, tenggang waktu yang lama ataupun singkat. Ingatlah fisik, tenaga dan fikiran kita memiliki keterbatasan. Jangan paksakan untuk melakukan hal – hal yang di luar kemampuan kita. Dan juga ingatlah, apabila sebuah urusan diserahkan kepada yang bukan ahlinya, maka tunggulah kehancurannya.
Pencarian dan keinginan yang tak berkesudahan akan berujung pada kekecewaan, sebagaimana pepatah mengatakan “mengharap burung di langit, punai di tangan dilepaskan”. Karenanya kalau kita menginginkan segalanya maka kita akan tidak mendapatkan apa – apa. If you want everyhing you will get nothing !!!. Menikmati dan mensyukuri apa yang kita miliki merupakan langkah – langkah bijaksana yang akan menghindarkan kita pada kufur ni’mat dan ambisi yang berlebihan. Ikhlas menerima kenyataan bahwa tidak semuanya bisa kita raih dan kita lakukan serta merelakan orang lain yang memang lebih pantas mendapatkan dan melakukannya adalah sebuah penyerahan diri yang sempurna kepada sang khalik. Kepasrahan adalah keindahan.
Martapura, 07062011. at 23.05 pm
Tidak ada komentar:
Posting Komentar