Sebuah Catatan Tour Wali 8 Jawa Timur – Jawa Tengah
7 – 8 Agustus 2004
by Fathurrahman
Menapaktilasi
perjalanan tour wali 8 Jawa Timur – Jawa Tengah, banyak kenangan dan pengalaman
yang bisa dipetik untuk bisa diambil hikmah dan pelajaran dalam mengarungi
hidup dan kehidupan. Betapa tidak, melihat lokasi tempat bermakam para wali
Allah tersebut, dapatlah kita pahami betapa dakwah Islam pada saat itu
disebarkan dengan penuh pengorbanan dan perjuangan. Para wali Allah tersebut
berdakwah tersebar dari mulai puncak gunung yang sangat jauh dan tinggi sampai
dengan dipesisir pantai yang semua ini menunjukkan bahwa Islam disebar
kesegenap penjuru daerah dan semua lapisan masyarakat.
Makam Sunan Bungkul Surabaya |
Perjalanan
tour dimulai dengan menziarahi seorang wali yang bernama Syekh Mahmuddin.
Syekh Mahmuddin ini dalam menyebarkan
syiar Islam selalu memakai bakiak yang dalam istilah bahasa disana disebut
dengan bungkul, oleh karena itulah beliau terkenal dengan sebutan Sunan
Bungkul. Sunan Bungkul merupakan Ipar dari Raden Rahmatulllah atau yang
terkenal dengan julukan sunan Ampel. Makam sunan Bungkul ini terletak di
Wonokromo, Surabaya. Lokasinya tidak begitu jauh dari terminal Joyoboyo atau
Kebun Binatang Surabaya. Dilokasi ini juga bermakam seorang wali Allah yang
bernama Syekh Ali Murtodho.
Makam Sunan Ampel |
Masih dalam
wilayah kota Surabaya, perjalanan kemudian dilanjutkan menuju Ampel dimana
disana bermakam salah seorang dari wali Songo yaitu Sunan Ampel yang
bernama asli Raden Rahmatullah. Raden Rahmatullah merupakan putra dari
Raden Ibrahim Asmoro Kondi yang juga merupakan seorang waliyullah. Raden Rahmatullah
memiliki garis keturunan dari Turki dan masih ponakan dari Prabu Hayam Wuruk.
Dilokasi makam sunan Ampel ini juga terdapat makam Mbah Saleh salah
seorang murid beliau yang sangat terkenal karena meninggal sebanyak 9 kali.
Mbah saleh ini terkenal sebagai seorang yang mencintai kebersihan dan kerapian.
Suatu ketika Sunan Ampel melihat kumpulan al-qur’an tidak tertata
dengan baik dan beliau bergumam andaikata Mbah Saleh masih hidup tentu tidak
akan berserakan seperti ini. Seketika itulah mbah saleh bangkit dari kuburnya
dan merapikan susunan al-qur’an tersebut.
Menuju ke
daerah Gresik kita akan mendapati tiga makam Waliyullah yaitu Syekh Maulana
Malik Ibrahim, Syekh Maulana Ishak dan Sunan Giri. Sunan Giri
bermakam didaerah Giri. Perjalanan hidup beliau penuh dengan liku-liku
perjuangan hidup. Beliau merupakan putra dari Syekh Maulana Ishak yang dalam
menyebarkan Islam juga penuh dengan cobaan. Pada saat lahir Sunan Giri harus
dibuang kelaut sebagai tumbal karena dianggap sebagai pembawa malapetaka karena
pada saat itu sedang berjangkit penyakit campak. Sebenarnya semua ini hanyalah
fitnah dari seorang kerabat kerajaan yang iri terhadap ayah sunan Giri yaitu
Syekh Maulana Ishak yang berhasil menyunting putri raja yang tak lain adalah ibu
dari sunan giri tersebut. Sehingga begitu sunan Giri lahir disebarkanlah fitnah
kejam tersebut. Atas kehendak Allah Sunan Giri dapat diselamatkan hidupnya oleh
seorang nelayan yang sedang melaut. Oleh nelayan tersebut bayi tersebut diberi
nama Joko Samudro.
Makam Sunan Giri, Gresik |
Sejak kecil beliau sudah memiliki banyak kelebihan dan
sangat rajin menuntut ilmu agama. Untuk selanjutnya beliau terkenal dengan nama
Raden Ainul Yakin. Lokasi makam ditempuh dengan cara naik ojek atau naik
dokar dari terminal bis menuju perbukitan tempat bermakamnya sunan Giri. Kalau
kita naik dokar biayanya hanya seribu rupiah perorang tetapi kalau naik ojek
biayanya 2 ribu rupiah. Makam sunan Giri dibatasi dengan ukiran-ukiran kayu
yang artistik dinama pintu masuknya menyerupai gua.Turun dari lokasi menuju
makam lagi biayanya cuma seribu rupiah kalau naik ojek.
Makam Maulana Malik Ibrahim, Gresik |
Dari makam
sunan Giri perjalanan dilanjutkan kemudian menuju lokasi makam Syekh Maulana
Malik Ibrahim yang juga masih terletak di Gresik. Syekh Maulana Malik
Ibrahim merupakan salah satu dari Wali Songo. Beliau adalah keturunan dari
Turki yang dalam penyebaran agamanya di wilayah Gresik ternal sangat dekat
dengan rakyat karenanya Beliau diberi julukan Kakek Bantal. Pada saat
beliau datang wilayah tersebut sedang dilanda paceklik karena kemarau panjang.
Beliau melihat pada saat itu sedang diselenggarakan persembahan seorang perawan
yang akan dijadikan tumbal kepada Sang Hyang Widi Wasa yang dipimpin oleh
seorang Brahmana. Beliau memperingatkan kepada penduduk dan Brahmana tersebut
untuk tidak mengorbankan orang dalam meminta sesuatu. Beliau ditantang untuk
bisa menurunkan hujan kalau ingin perawan tersebut selamat. Beliau kemudian
melakukan Shalat Istiqa untuk meminta hujan dan dengan pertolongan Allah
seketika itu juga hujan turun yang dikuti dengan masuknya penduduk tersebut
dalam lindungan al Islam. Berbeda dengan lokasi makam sunan Giri yang harus
ditempuh lagi dengan naik ojek, lokasi makam Maulana Malik Ibrahim bisa
ditempuh dengan jalan kaki dari lokasi pemberhentian bis. Diareal lokasi makam
tersebut juga bermakam Syekh Maulana Ishak yang merupakan bapak dari
Sunan Giri.
Dari Gresik
perjalanan kemudian dilanjutkan menuju wilayah Lamongan dimana disana terdapat
makam Sunan Drajat yang merupakan putra dari sunan Ampel dan memiliki
nama asli Syarifuddin atau
Sayyid Qosim. Lokasi makam sunan Drajat ini terletak desa Sedayu, Lamongan
tidak jauh dari pesisir pantai. Diareal lokasi makam ini terdapat museum
sunan Drajat dan ada sebuah balai-balai peninggalan kerajaan Mojopahit.
Menyisiri daerah Lamongan menuju Tuban yang merupakan daerah pesisir ini kita
akan menjumpai sebuah objek wisata yang terkenal yaitu gua Maharani dan
persis diseberangnya dipinggir laut terdapat lokasi proyek objek rekreasi
aquarium raksasa yang merupakan terbesar se Asia. Didaerah ini pula kita
akan melewati sebuah perkampungan tempat dimana seorang bernama AMROZI berasal.
Museum Sunan Drajad, Lamongan |
Di Tuban kita akan berkunjung pada dua lokasi makam,
yaitu makam Ibrahim Asmoro Kondi yang
terdapat dipinggir laut dan juga
makam Sunan Bonang. Raden Ibrahim Asmoro Kondi merupakan seorang ulama
dan juga adalah ayah dari sunan Ampel. Menuju lokasi makam Sunan Bonang harus
kita tempuh dengan naik becak dengan biaya 2000 rupiah dari tempat lokasi
pemberhentian lokasi bis. Balik dari makam menuju lokasi bis biayanya Rp 2500
karena jalannya menanjak. Nama asli Sunan Bonang adalah Syekh Maulana Mahdum
Ibrahim. Beliau terkenal dalam menyebarkan Islam dengan menggunakan media
musik Gending dan Bonang.
Makam Ibrahim Asmoro Kondi, Tuban |
Suasana di sekitar Makam Sunan Bonang |
Gubahan beliau
yang sangat terkenal yang sering dilantunkan para santri sekarang ini adalah
“Tambo Ati”. Demikianlah akhir dari
wisata religi yang terdapat di Jawa Timur yang kemudian bisa kita lanjutkan
kewilayah Jawa Tengah.
Perjalanan
menuju objek religi wilayah Jawa Tengah dimulai dengan melakukan peristirahatan
di wilayah pinggiran Kudus. Setelah bermalam sejenak perjalanan kemudaian
dilanjutkan menuju Muria tempat bermakamnya Raden Umar said yang
terkenal dengan sebutan Sunan Muria. Sunan Muria merupakan putra dari
Fatahillah atau terkenal dengan sebutan Sunan Gunung Jati. Perjalanan menuju
lokasi makam merupakan perjalanan yang terberat dan terpanjang. Jalan yang
dilewati merupakan jalan berliku menyisiri lereng gunung yang curam. Dari
lokasi pemberhentian bis kita harus melanjutkan perjalanan lagi untuk menuju
puncak dengan dua pilihan yaitu jalan kaki mengikuti trap-trap atau undakan
yang kiri-kanan jalan dipenuhi orang yang berjualan atau naik “ Ojek Maut” yang
biayanya adalah Rp 4000. Kengerian dan keharuan mengiringi
perjalanan ini. Dikatakan ngeri karena jalannya menanjak mengikuti lereng
gunung yang dibawahnya adalah jurang dang sangat dalam sementara antara jalan
dengan lereng tersebut tidak dibatasi dengan pengaman jalan. Bisa dibayangkan kalau
bis atau ojek terperosok sedikit saja akan berakibat fatal, tetapi dengan
segala keyakinan atas pertolongan Allah dan karomahnya sunan Muria,
Insya Allah
perjalanan akan ditempuh dengan selamat. Dikatakan keharuan karena
mengingat betapa beratnya perjuangan Beliau dan pengikut-pengikutnya dalam
menegakkan syariat Islam. Terbayang pula kepatuhan dan ketaatan santri-santri
beliau ketika harus memikul air dari sumber air menuju pondokan mereka yang
harus ditempuh melewati jalan yang menanjak. Kalau kita sejenak merenungkan
semua ini tidaklah mengherankan kalau sampai akhirnya kita harus menitikkan air
mata. Tabik dan hormat kita sampaikan atas perjuangan dan pengorbanan mereka
yang sekarang kita tinggal menikmatinya saja lagi.
Makam Sunan Muria, Kudus |
Dari makam
sunan Muria ini perjalanan kita lanjutkan menuju makam Syekh Ja’far Shodiq
atau yang terkenal dengan sebutan Sunan Kudus. Sunan Kudus terkenal
memiliki berbagai macam ilmu pengetahuan. Lokasi makam sunan Kudus terdapat di
pusat kota Kudus. Bangunan yang sangat terkenal dilokasi masjid sunan Kudus ini
adalah menara Kudus yang merupakan bangunan asli berbentuk bangunan
peninggalan zaman agama Hindu.
Di lokasi makam ini kita harus melewati antrian yang panjang (sebagaimana lazimnya juga pada lokasi yang lain) sebelum akhirnya tiba dilokasi makam. Dilokasi makam ini pula terdapat Gentong Keramat peninggalan Sunan Muria dimana orang sering meminum dan membawa pulang airnya dalam botol.
Di lokasi makam ini kita harus melewati antrian yang panjang (sebagaimana lazimnya juga pada lokasi yang lain) sebelum akhirnya tiba dilokasi makam. Dilokasi makam ini pula terdapat Gentong Keramat peninggalan Sunan Muria dimana orang sering meminum dan membawa pulang airnya dalam botol.
Makam Sunan Kalijogo, Demak |
Bersebelahan
dengan Kudus kita akan menuju kota Demak, kota wali, kota yang
penuh dengan peninggalan sejarah pusat penyebaran agama Islam. Di daerah Kadilangu,
Demak kita akan menziarahi makam Raden Syahid atau sunan Kalijaga.
Beliau adalah putra seorang raja yang tidak suka akan kesewenang-wenangan yang
dilakukan pihak kerajaan terhadap rakyat kecil. Pengembaraan beliau dalam
mencari kebenaran dan kenikmatan Islam penuh rintangan dan pegorbanan termasuk
harus diusir oleh keluarga beliau sendiri. Dilokasi makam ini juga terdapat
gentong keramat peninggalan Sunan Kalijogo yang airnya sering diminta oleh para
peziarah. Di lokasi makam beliau ini terdapat juga terdapat makam sultan
Pajang, R. Adiwijaya atau yang terkenal dengan sebutan Jaka Tingkir.
Masjid Demak |
Menuju
masjid Demak tempat bermakam pula R. Fatah harus kita tempuh dengan
berbagai cara, bisa naik dokar dengan biaya seribu perorang, naik becak atau
ojek sebesar 2 ribu rupiah. Demak merupakan kerajaan Islam pertama diwilayah
Jawa yang merupakan pusat penyebaran Islam di Jawa setelah runtuhnya kerajaan
Hindu terkenal yaitu Majapahit. Raja Demak yang pertama adalah R. Fatah dan
pada saat itu pulalah didirikan
masjid yang pertama yaitu Masjid Demak
yang bangunan masih kokoh hingga sekarang. Dikota Demak inilah biasanya para
wali berkumpul membicarakan segala sesuatu yang menyangkut kemaslahatan umat
pada zaman itu. Di lokasi masjid ini selain terdapat makam R. Fatah terdapat
pula makam-makam keturunan beliau seperti Sultan Trenggono dan R.
Adipati Unus yang terkenal gigih dalam menentang kolonialisme Belanda.
Demikianlah sudah ada delapan wali dari sembilan wali yang sudah dikunjungi.
Seorang wali lagi yaitu sunan Gunung Jati makamnya jauh terletak di
propinsi lain yaitu Cirebon, Jawa Barat.
Makam Raden Fatah, Demak |
Sebagai
penutup kegiatan tour, perjalanan ditutup dengan ziarah ke makam waliyullah Hasan Munadi dan waliyullah
Hasan Dipuro yang terletak di desa Nyatnyono, Ungaran Semarang.
Dilokasi makam ini terdapat sumber air karomah yang terkenal dengan sebutan “Sendang
Kalimah Thoyyibah”. Lokasi kedua tempat ini terdapat diatas gunung yang
bisa ditempuh dengan naik ojek dua ribu rupiah atau naik angkutan khusus seribu
rupiah perorang. Dilokasi ini kita bisa melakukan siraman mandi untuk
menghilangkan segala macam penyakit dengan membaca kalimah thoyyibah yang
dianjurkan. Pengunjung dilarang keras mandi tanpa busana atau kencing dilokasi
sendang. Sumber air tersebut ditemukan pada tahun 1986 disaat pengelola makam
dan Masjid kesulitan dana keuangan. Atas istikhorah para ulama kemudian mereka
membongkar batu dan dari sana muncul sumber air yang tiada habis-habisnya. Pada
saat itu ada orang yang lumpuh ketika mandi air tersebut langsung sembuh,
begitu juga dengan penyakit lainnya, tentunya semua ini atas kehendak Allah.
Sejak itu dana terus mengalir yang datang dari sumbangan penunjung dan dari
“sumber lainnya”.
Demikianlah
sekelumit perjalanan 2 hari menziarahi 8 wali diwilayah Jawa Timur dan Jawa
Tengah. Bagi peziarah, ziarah bernuansa religi sangat bermanfaat dalam
memperkaya khazanah pengetahuan dan pengalaman kita dalam pengembaran kita
mencari dan menikmati kebenaran Islam. Ziarah mengingatkan kita akan perjuangan
dan pengorbanan para pendahulu kita yang berjuang tanpa mengenal lelah dalam
nenegakkan syariat Islam. Karena perjuangan dan pengornan merekalah kita bisa
merasakan kenikmatan dan kelezatan Islam. Disisi lain ziarah telah mengidupkan
roda perekonomian bagi pemerintah setempat dan tentunya masyarakat sekitar.
Melalui kebijakan Otoda lewat retribusi yang dikenakan kepada pengunjung dan
pemilik kendaraan telah menambah kas daerah, demikian pula dengan para
pedagang, tukang ojek, sopir, tukang becak, tukang dokar, juru parkir, jasa
penyewaan, penjual nasi dan minuman bahkan para pengemispun ikut merasakan
berkah rezeki dari pengunjung. Ternyata para wali tersebut bermanfaat bagi umat
tidak hanya selama hidup beliau tetapi setelah wafatpun tetap membawa berkah,
sehingga pantaslah kalau karomah itu
memang hanya berlaku pada orang-orang pilihan. Wassalam
Malang, Agustus 2004
*) Sumber informasi diambil dari hasil penuturan pimpinan rombongan yang memandu selama perjalanan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar