Selasa, 22 November 2016

ZIARAH WALI DELAPAN

Sebuah Catatan  Tour Wali 8 Jawa Timur – Jawa Tengah 
7 – 8 Agustus 2004 
by Fathurrahman



Menapaktilasi perjalanan tour wali 8 Jawa Timur – Jawa Tengah, banyak kenangan dan pengalaman yang bisa dipetik untuk bisa diambil hikmah dan pelajaran dalam mengarungi hidup dan kehidupan. Betapa tidak, melihat lokasi tempat bermakam para wali Allah tersebut, dapatlah kita pahami betapa dakwah Islam pada saat itu disebarkan dengan penuh pengorbanan dan perjuangan. Para wali Allah tersebut berdakwah tersebar dari mulai puncak gunung yang sangat jauh dan tinggi sampai dengan dipesisir pantai yang semua ini menunjukkan bahwa Islam disebar kesegenap penjuru daerah dan semua lapisan masyarakat.
Makam Sunan Bungkul Surabaya
Perjalanan tour dimulai dengan menziarahi seorang wali yang bernama Syekh Mahmuddin. Syekh Mahmuddin  ini dalam menyebarkan syiar Islam selalu memakai bakiak yang dalam istilah bahasa disana disebut dengan bungkul, oleh karena itulah beliau terkenal dengan sebutan Sunan Bungkul. Sunan Bungkul merupakan Ipar dari Raden Rahmatulllah atau yang terkenal dengan julukan sunan Ampel. Makam sunan Bungkul ini terletak di Wonokromo, Surabaya. Lokasinya tidak begitu jauh dari terminal Joyoboyo atau Kebun Binatang Surabaya. Dilokasi ini juga bermakam seorang wali Allah yang bernama Syekh Ali Murtodho. 
Makam Sunan Ampel
Masih dalam wilayah kota Surabaya, perjalanan kemudian dilanjutkan menuju Ampel dimana disana bermakam salah seorang dari wali Songo yaitu Sunan Ampel yang bernama asli Raden Rahmatullah. Raden Rahmatullah merupakan putra dari Raden Ibrahim Asmoro Kondi yang juga merupakan seorang waliyullah. Raden Rahmatullah memiliki garis keturunan dari Turki dan masih ponakan dari Prabu Hayam Wuruk. Dilokasi makam sunan Ampel ini juga terdapat makam Mbah Saleh salah seorang murid beliau yang sangat terkenal karena meninggal sebanyak 9 kali. Mbah saleh ini terkenal sebagai seorang yang mencintai kebersihan dan kerapian.
Suatu ketika Sunan Ampel melihat kumpulan al-qur’an tidak tertata dengan baik dan beliau bergumam andaikata Mbah Saleh masih hidup tentu tidak akan berserakan seperti ini. Seketika itulah mbah saleh bangkit dari kuburnya dan merapikan susunan al-qur’an tersebut.
Menuju ke daerah Gresik kita akan mendapati tiga makam Waliyullah yaitu Syekh Maulana Malik Ibrahim, Syekh Maulana Ishak dan Sunan Giri. Sunan Giri bermakam didaerah Giri. Perjalanan hidup beliau penuh dengan liku-liku perjuangan hidup. Beliau merupakan putra dari Syekh Maulana Ishak yang dalam menyebarkan Islam juga penuh dengan cobaan. Pada saat lahir Sunan Giri harus dibuang kelaut sebagai tumbal karena dianggap sebagai pembawa malapetaka karena pada saat itu sedang berjangkit penyakit campak. Sebenarnya semua ini hanyalah fitnah dari seorang kerabat kerajaan yang iri terhadap ayah sunan Giri yaitu Syekh Maulana Ishak yang berhasil menyunting putri raja yang tak lain adalah ibu dari sunan giri tersebut. Sehingga begitu sunan Giri lahir disebarkanlah fitnah kejam tersebut. Atas kehendak Allah Sunan Giri dapat diselamatkan hidupnya oleh seorang nelayan yang sedang melaut. Oleh nelayan tersebut bayi tersebut diberi nama Joko Samudro.
Makam Sunan Giri, Gresik
Sejak kecil beliau sudah memiliki banyak kelebihan dan sangat rajin menuntut ilmu agama. Untuk selanjutnya beliau terkenal dengan nama Raden Ainul Yakin. Lokasi makam ditempuh dengan cara naik ojek atau naik dokar dari terminal bis menuju perbukitan tempat bermakamnya sunan Giri. Kalau kita naik dokar biayanya hanya seribu rupiah perorang tetapi kalau naik ojek biayanya 2 ribu rupiah. Makam sunan Giri dibatasi dengan ukiran-ukiran kayu yang artistik dinama pintu masuknya menyerupai gua.Turun dari lokasi menuju makam lagi biayanya cuma seribu rupiah kalau naik ojek.
Makam Maulana Malik Ibrahim, Gresik
Dari makam sunan Giri perjalanan dilanjutkan kemudian menuju lokasi makam Syekh Maulana Malik Ibrahim yang juga masih terletak di Gresik. Syekh Maulana Malik Ibrahim merupakan salah satu dari Wali Songo. Beliau adalah keturunan dari Turki yang dalam penyebaran agamanya di wilayah Gresik ternal sangat dekat dengan rakyat karenanya Beliau diberi julukan Kakek Bantal. Pada saat beliau datang wilayah tersebut sedang dilanda paceklik karena kemarau panjang. Beliau melihat pada saat itu sedang diselenggarakan persembahan seorang perawan yang akan dijadikan tumbal kepada Sang Hyang Widi Wasa yang dipimpin oleh seorang Brahmana. Beliau memperingatkan kepada penduduk dan Brahmana tersebut untuk tidak mengorbankan orang dalam meminta sesuatu. Beliau ditantang untuk bisa menurunkan hujan kalau ingin perawan tersebut selamat. Beliau kemudian melakukan Shalat Istiqa untuk meminta hujan dan dengan pertolongan Allah seketika itu juga hujan turun yang dikuti dengan masuknya penduduk tersebut dalam lindungan al Islam. Berbeda dengan lokasi makam sunan Giri yang harus ditempuh lagi dengan naik ojek, lokasi makam Maulana Malik Ibrahim bisa ditempuh dengan jalan kaki dari lokasi pemberhentian bis. Diareal lokasi makam tersebut juga bermakam Syekh Maulana Ishak yang merupakan bapak dari Sunan Giri.
Dari Gresik perjalanan kemudian dilanjutkan menuju wilayah Lamongan dimana disana terdapat
Museum Sunan Drajad, Lamongan
makam Sunan Drajat yang merupakan putra dari sunan Ampel dan memiliki nama asli  Syarifuddin atau Sayyid Qosim. Lokasi makam sunan Drajat ini terletak desa Sedayu, Lamongan tidak jauh dari pesisir pantai. Diareal lokasi makam ini terdapat museum sunan Drajat dan ada sebuah balai-balai peninggalan kerajaan Mojopahit. Menyisiri daerah Lamongan menuju Tuban yang merupakan daerah pesisir ini kita akan menjumpai sebuah objek wisata yang terkenal yaitu gua Maharani dan persis diseberangnya dipinggir laut terdapat lokasi proyek objek rekreasi aquarium raksasa yang merupakan terbesar se Asia. Didaerah ini pula kita akan melewati sebuah perkampungan tempat dimana seorang bernama AMROZI berasal.
Di Tuban kita akan berkunjung pada dua lokasi makam, yaitu makam Ibrahim Asmoro Kondi yang
Makam Ibrahim Asmoro Kondi, Tuban
terdapat dipinggir laut dan juga makam Sunan Bonang. Raden Ibrahim Asmoro Kondi merupakan seorang ulama dan juga adalah ayah dari sunan Ampel. Menuju lokasi makam Sunan Bonang harus kita tempuh dengan naik becak dengan biaya 2000 rupiah dari tempat lokasi pemberhentian lokasi bis. Balik dari makam menuju lokasi bis biayanya Rp 2500 karena jalannya menanjak. Nama asli Sunan Bonang adalah Syekh Maulana Mahdum Ibrahim. Beliau terkenal dalam menyebarkan Islam dengan menggunakan media musik Gending dan Bonang.  
Suasana di sekitar Makam Sunan Bonang
Gubahan beliau yang sangat terkenal yang sering dilantunkan para santri sekarang ini adalah “Tambo Ati”.  Demikianlah akhir dari wisata religi yang terdapat di Jawa Timur yang kemudian bisa kita lanjutkan kewilayah Jawa Tengah. 
Perjalanan menuju objek religi wilayah Jawa Tengah dimulai dengan melakukan peristirahatan di wilayah pinggiran Kudus. Setelah bermalam sejenak perjalanan kemudaian dilanjutkan menuju Muria tempat bermakamnya Raden Umar said yang terkenal dengan sebutan Sunan Muria. Sunan Muria merupakan putra dari Fatahillah atau terkenal dengan sebutan Sunan Gunung Jati. Perjalanan menuju lokasi makam merupakan perjalanan yang terberat dan terpanjang. Jalan yang dilewati merupakan jalan berliku menyisiri lereng gunung yang curam. Dari lokasi pemberhentian bis kita harus melanjutkan perjalanan lagi untuk menuju puncak dengan dua pilihan yaitu jalan kaki mengikuti trap-trap atau undakan yang kiri-kanan jalan dipenuhi orang yang berjualan atau naik “ Ojek Maut” yang biayanya adalah Rp 4000. Kengerian dan keharuan mengiringi perjalanan ini. Dikatakan ngeri karena jalannya menanjak mengikuti lereng gunung yang dibawahnya adalah jurang dang sangat dalam sementara antara jalan dengan lereng tersebut tidak dibatasi dengan pengaman jalan. Bisa dibayangkan kalau bis atau ojek terperosok sedikit saja akan berakibat fatal, tetapi dengan segala keyakinan atas pertolongan Allah dan karomahnya sunan Muria,
Makam Sunan Muria, Kudus
Insya Allah perjalanan akan ditempuh dengan selamat. Dikatakan keharuan karena mengingat betapa beratnya perjuangan Beliau dan pengikut-pengikutnya dalam menegakkan syariat Islam. Terbayang pula kepatuhan dan ketaatan santri-santri beliau ketika harus memikul air dari sumber air menuju pondokan mereka yang harus ditempuh melewati jalan yang menanjak. Kalau kita sejenak merenungkan semua ini tidaklah mengherankan kalau sampai akhirnya kita harus menitikkan air mata. Tabik dan hormat kita sampaikan atas perjuangan dan pengorbanan mereka yang sekarang kita tinggal menikmatinya saja lagi.

Dari makam sunan Muria ini perjalanan kita lanjutkan menuju makam Syekh Ja’far Shodiq atau yang terkenal dengan sebutan Sunan Kudus. Sunan Kudus terkenal memiliki berbagai macam ilmu pengetahuan. Lokasi makam sunan Kudus terdapat di pusat kota Kudus. Bangunan yang sangat terkenal dilokasi masjid sunan Kudus ini adalah menara Kudus yang merupakan bangunan asli berbentuk bangunan peninggalan zaman agama Hindu.
Di lokasi makam ini kita harus melewati antrian yang panjang (sebagaimana lazimnya juga pada lokasi yang lain) sebelum akhirnya tiba dilokasi makam. Dilokasi makam ini pula terdapat Gentong Keramat peninggalan Sunan Muria dimana orang sering meminum dan membawa pulang airnya dalam botol.
Makam Sunan Kalijogo, Demak
Bersebelahan dengan Kudus kita akan menuju kota Demak, kota wali, kota yang penuh dengan peninggalan sejarah pusat penyebaran agama Islam. Di daerah Kadilangu, Demak kita akan menziarahi makam Raden Syahid atau sunan Kalijaga. Beliau adalah putra seorang raja yang tidak suka akan kesewenang-wenangan yang dilakukan pihak kerajaan terhadap rakyat kecil. Pengembaraan beliau dalam mencari kebenaran dan kenikmatan Islam penuh rintangan dan pegorbanan termasuk harus diusir oleh keluarga beliau sendiri. Dilokasi makam ini juga terdapat gentong keramat peninggalan Sunan Kalijogo yang airnya sering diminta oleh para peziarah. Di lokasi makam beliau ini terdapat juga terdapat makam sultan Pajang, R. Adiwijaya atau yang terkenal dengan sebutan Jaka Tingkir.
Masjid Demak
Menuju masjid Demak tempat bermakam pula R. Fatah harus kita tempuh dengan berbagai cara, bisa naik dokar dengan biaya seribu perorang, naik becak atau ojek sebesar 2 ribu rupiah. Demak merupakan kerajaan Islam pertama diwilayah Jawa yang merupakan pusat penyebaran Islam di Jawa setelah runtuhnya kerajaan Hindu terkenal yaitu Majapahit. Raja Demak yang pertama adalah R. Fatah dan pada saat itu pulalah didirikan
Makam Raden Fatah, Demak
masjid yang pertama yaitu Masjid Demak yang bangunan masih kokoh hingga sekarang. Dikota Demak inilah biasanya para wali berkumpul membicarakan segala sesuatu yang menyangkut kemaslahatan umat pada zaman itu. Di lokasi masjid ini selain terdapat makam R. Fatah terdapat pula makam-makam keturunan beliau seperti Sultan Trenggono dan R. Adipati Unus yang terkenal gigih dalam menentang kolonialisme Belanda. Demikianlah sudah ada delapan wali dari sembilan wali yang sudah dikunjungi. Seorang wali lagi yaitu sunan Gunung Jati makamnya jauh terletak di propinsi lain yaitu Cirebon, Jawa Barat.
Sebagai penutup kegiatan tour, perjalanan ditutup dengan ziarah ke makam  waliyullah Hasan Munadi dan waliyullah Hasan Dipuro yang terletak di desa Nyatnyono, Ungaran Semarang. Dilokasi makam ini terdapat sumber air karomah yang terkenal dengan sebutan “Sendang Kalimah Thoyyibah”. Lokasi kedua tempat ini terdapat diatas gunung yang bisa ditempuh dengan naik ojek dua ribu rupiah atau naik angkutan khusus seribu rupiah perorang. Dilokasi ini kita bisa melakukan siraman mandi untuk menghilangkan segala macam penyakit dengan membaca kalimah thoyyibah yang dianjurkan. Pengunjung dilarang keras mandi tanpa busana atau kencing dilokasi sendang. Sumber air tersebut ditemukan pada tahun 1986 disaat pengelola makam dan Masjid kesulitan dana keuangan. Atas istikhorah para ulama kemudian mereka membongkar batu dan dari sana muncul sumber air yang tiada habis-habisnya. Pada saat itu ada orang yang lumpuh ketika mandi air tersebut langsung sembuh, begitu juga dengan penyakit lainnya, tentunya semua ini atas kehendak Allah. Sejak itu dana terus mengalir yang datang dari sumbangan penunjung dan dari “sumber lainnya”.
Demikianlah sekelumit perjalanan 2 hari menziarahi 8 wali diwilayah Jawa Timur dan Jawa Tengah. Bagi peziarah, ziarah bernuansa religi sangat bermanfaat dalam memperkaya khazanah pengetahuan dan pengalaman kita dalam pengembaran kita mencari dan menikmati kebenaran Islam. Ziarah mengingatkan kita akan perjuangan dan pengorbanan para pendahulu kita yang berjuang tanpa mengenal lelah dalam nenegakkan syariat Islam. Karena perjuangan dan pengornan merekalah kita bisa merasakan kenikmatan dan kelezatan Islam. Disisi lain ziarah telah mengidupkan roda perekonomian bagi pemerintah setempat dan tentunya masyarakat sekitar. Melalui kebijakan Otoda lewat retribusi yang dikenakan kepada pengunjung dan pemilik kendaraan telah menambah kas daerah, demikian pula dengan para pedagang, tukang ojek, sopir, tukang becak, tukang dokar, juru parkir, jasa penyewaan, penjual nasi dan minuman bahkan para pengemispun ikut merasakan berkah rezeki dari pengunjung. Ternyata para wali tersebut bermanfaat bagi umat tidak hanya selama hidup beliau tetapi setelah wafatpun tetap membawa berkah, sehingga pantaslah kalau karomah itu

memang hanya berlaku pada orang-orang pilihan. Wassalam
                                                                               
                                                                                                           Malang,  Agustus 2004
*) Sumber informasi diambil dari hasil penuturan pimpinan rombongan yang memandu selama perjalanan.
                                                                                                

Tidak ada komentar:

Posting Komentar