Hatim al - Asham, ketika diminta untuk melukiskan shalatnya, berkata : “ Bila datang waktu shalat aku BERWUDHU dengan sesempurna mungkin, pergi ketempat shalatku, dan duduk di situ sampai tenang seluruh anggota tubuhku. Setelah itu aku bangkit dan memulai shalatku. Kujadikan KA’BAH diantara kedua mataku, SHIRATH di bawah telapakku, SYURGA di sisi kananku, NERAKA di sisi kiriku dan MALAIKATUL MAUT di belakangku. Kuperkirakan ini adalah Shalatku yang terakhir dan akupun berdiri diantara harapan dan kecemasan. Aku bertakbir dengan hati mantap, dan membaca ayat – ayat Al – Qur’an dengan tartil, kemudian aku mulai ruku’ dengan hati merunduk, dan bersujud dengan penuh khuyu’, duduk diatas bagian tubuhku sebelah kiri, menjadikan punggung kakiku sebagai alas, sambil menegakkan kaki kananku di atas ibu jarinya. Kuikuti semuanya itu dengan penuh keikhlasan dan, setelah itu, akupun tak tahu, apakah shalatku itu diterima atau tidak?”
Diriwayatkan, Abdullah bin Abbas berkata bahwa nabi Daud AS, dalam munajatnya bertanya – tanya: “ Tuhanku, siapakah yang dapat menghuni rumah – Mu, dan shalat siapakah yang kau terima?”
Maka Allah SWT mewahyukan kepadanya: “ Hai Daud, orang yang menghuni rumah-Ku dan Kuterima shalatnya ialah orang yang merendahkan hatinya demi keagungan-ku, melewatkan hari – harinya dalam berzikir kepada-Ku, mencegah dirinya dari syahwat nafsu demi menghormati-Ku, memberi makan orang yang lapar, menjamu perantau dan mengasihani penderita. Orang seperti dialah yang cahayanya bersinar di lelangit dan bumi; bila ia berdoa kepada-Ku, niscaya Aku mengabulkan do’anya, dan bila ia memohon dari-Ku, niscaya Aku memenuhinya. Aku akan menjadikan kebijakan dalam kejahilannya, ingat kepada-Ku dalam kelalaiannya dan cahaya dalam kegelapannya. Perumpamaan orang itu, diantara manusia lainnya adalah seperti taman Firdaus di puncak syurga, yang takkan kering sungainya dan takkan membusuk buah-buahannya.
Imam Ghazali : Asrar as -Shalah
Tidak ada komentar:
Posting Komentar