Sabtu, 13 Agustus 2011

IF YOU WANT EVERYTHING YOU WILL GET NOTHING. PART II


Seorang  wanita kaya sedang terlibat pembicaraan serius dengan seorang pelukis  profesional.  “Mas,   aku minta kau lukis diriku semirip – miripnya dan sudah tentu harus cantik !”.  Kata si wanita tadi.  Si pelukis tertegun sejenak seperti orang kebingungan lalu berkata: “ Wah mohon maaf bu saya tidak bisa melakukannya  ”.  “ Bagaimana kamu ini, katanya pelukis profesional !”.  Bentak wanita tadi dengan emosional. “ Begini Bu, Ibu hanya bisa memilih salah  satu yakni cantik saja tetapi tidak mirip atau …”.  “atau apa!”, bentak wanita tadi tak sabar.  “ atau  mirip bahkan sangat mirip tetapi seadanya , eh.. maksud saya tidak cantik gitu lho Bu!”. Kata si pelukis itu polos.


Suatu ketika  seekor  ikan sedang terlibat perang urat syaraf dengan seekor burung tentang siapa yang paling hebat dan memilki kelebihan.  “ Hey burung, setelah  kupikir ternyata aku lebih hebat dan lebih beruntung dari kamu, karena aku bisa berenang menjelajahi  luas dan dalamnya lautan.  Pemandangan dibawah sana sangat indah, makhluknya beraneka ragam dan berwarna - warni.  Sesuatu hal yang tidak bisa kamu lihat dan lakukan” .   kata ikan dengan nada sombong.  “ kamu keliru ikan, justru aku merasa lebih beruntung dan lebih hebat karena bisa terbang kesana kemari , memandang hamparan alam yang luas di ketinggian.  Aku bisa hinggap dari satu pohon ke pohon yang lain tanpa harus terjatuh.  Kamu pasti tidak bisa kan!”.  Balas burung tak kalah sombongnya. Perang urat syaraf terus berlangsung dan tak berujung karena terus mencari dan membicarakan kelebihan masing – masing sampai akhirnya mereka pulang ke tempatnya masing – masing.  

Ternyata perdebatan mereka tadi membekas juga di fikiran.  Si burung mulai berfikir tentang kekurangannya yang tidak bisa berenang demikian pula si ikan yang berfikir tentang kelemahannya yang tidak bisa terbang.  Akhirnya secara diam – diam mereka belajar untuk memperbaiki kelemahan mereka dengan harapan bisa menjadi lebih unggul dan lebih hebat dari lainnya.  Si burung belajar berenang dengan bebek sementara si ikan belajar terbang dengan kodok. Sesuatu yang sebenarnya sangat mustahil tetapi karena dorongan nafsu yang berlebihan mereka terus berupaya melakukan sesuatu yang sebenarnya bukan bidang mereka.  Apa yang terjadi kemudian ?  setelah sekian lama belajar si ikan hanya bisa meloncat – loncat di air tanpa bisa terbang dan si burung hanya bisa meniti di atas air tanpa bisa berenang.  Betapa banyak energi dan waktu yang mereka habiskan untuk sebuah kesia-siaan.  Parahnya lagi karena terlalu lama belajar ‘ilmu sesat’ tersebut si burung sudah mulai lupa bagaimana caranya terbang dan si ikan mulai lupa bagaimana caranya berenang.

Cerita di atas hanya rekaan saja tetapi pesan moral yang ingin disampaikan adalah agar kita senantiasa bersyukur dengan apa yang telah kita miliki dan jangan memaksakan diri untuk melakukan hal – hal yang di luar batas kemampuan kita yang juga tidak terlalu bermanfaat bagi pengembangan diri kita.  Si ibu pada cerita yang pertama terlalu memaksakan diri untuk menjadi sosok wanita berparas cantik padahal kondisinya tidaklah demikian.  Sementara pada cerita yang kedua, mengajarkan kepada kita bahwa tidak semuanya bisa kita miliki dan kuasai.  Kenali dan syukuri potensi diri dan selanjutnya asahlah, dengan demikian kita bisa menjadi pribadi yang memiliki kelebihan dibanding dengan orang lain untuk bidang tertentu.  Jika kelebihan ini terus kita tingkatkan maka kita akan menjadi sosok yang di atas rata – rata bahkan superior di bidangnya yang pada akhirnya menjadi keunggulan komparatif kita di dunia yang kompetitif ini.  Sebaliknya, memperbaiki kekurangan sebenarnya tidaklah keliru sepanjang tidak memaksakan diri dan tidak melampaui batas kemampuan kita. Terlalu menyibukkan diri dengan mencari – cari kelemahan kita hanya akan mengurangi penghargaan terhadap diri sendiri demikian juga  menguras energi untuk memperbaikinya hanya memberi  perubahan yang sedikit dan sempurna tidak akan pernah tercapai sementara waktu kita banyak terbuang.  Kita hanya akan tetap menjadi manusia dengan kemampuan rata – rata, dan akan tertinggal.  Mari terus melesatkan diri dengan  menggali, mengenali dan mengasah potensi diri yang menjadi kelebihan dan kekuatan kita. Jangan terpaku dengan kelemahan kita.  Kelemahan akan tertutupi dengan kelebihan kita.  Sebaliknya kalau semuanya ingin kita raih, kalau semuanya ingin kita capai sementara kondisi kita tidak memungkinkan maka tidak mustahil akan berlalku sebuah kata – kata bijak yang berbunyi :  “If you want everything, you will get nothing”.  Martapura, 13 Agustus 2011

1 komentar:

  1. Blog yg keren penuh inspirasi ....kunjungi juga website sekolah kami : www.sdntambaksirangbaru.sch.id (GAMBUT KALSEL) atau www.sriudin.com

    BalasHapus