Build Me a Son
by General Douglas A. MacArthur
Build me a son, O Lord,
who will be strong enough to know when he is weak,
and brave enough to face him self when he is afraid;
one who will be proud and unbending in honest defeat,
and humble and gentle in victory.
who will be strong enough to know when he is weak,
and brave enough to face him self when he is afraid;
one who will be proud and unbending in honest defeat,
and humble and gentle in victory.
Build me a son whose wishbone will not be
where his backbone should be;
a son who will know Thee- and that
to know himself is the foundation stone of knowledge.
where his backbone should be;
a son who will know Thee- and that
to know himself is the foundation stone of knowledge.
Lead him, I pray, not in the path of ease and comfort,
but under the stress and spur of difficulties and challenge.
Here, let him learn to stand up in the storm;
here, let him team compassion for those who fall.
but under the stress and spur of difficulties and challenge.
Here, let him learn to stand up in the storm;
here, let him team compassion for those who fall.
Build me a son whose heart will be clear, whose goals will be high;
a son who will master himself before he seeks to master other men;
one who will learn to laugh, yet never forget how to weep;
one who will reach into the future, yet never forget the past.
a son who will master himself before he seeks to master other men;
one who will learn to laugh, yet never forget how to weep;
one who will reach into the future, yet never forget the past.
And after all these things are his,
add, I pray, enough of a sense of humor,
so that he may always be serious,
yet never take himself too seriously.
add, I pray, enough of a sense of humor,
so that he may always be serious,
yet never take himself too seriously.
Give him humility, so that he may always remember
the simplicity of true greatness,
the open mind of true wisdom,
the meekness of true strength.
the simplicity of true greatness,
the open mind of true wisdom,
the meekness of true strength.
Then I, his father, will dare to whisper,
"I have not lived in vain."
"I have not lived in vain."
Source :
Build Me a Son, sebuah puisi yang ditulis oleh General Douglas A. MacArthur, seorang jenderal tentara Amerika Serikat pada Perang Dunia II yang lahir pada 26 January 1880 dan meninggal pada 5 April 1964. Jika diterjemahkan secara lengkap maka puisi tersebut adalah sebagai berikut:Doa untuk Putraku
Tuhanku...
Bentuklah puteraku menjadi manusia yang cukup kuat untuk mengetahui kelemahannya.
Dan, berani menghadapi dirinya sendiri saat dalam ketakutan.
Manusia yang bangga dan tabah dalam kekalahan.
Tetap Jujur dan rendah hati dalam kemenangan.
Bentuklah puteraku menjadi manusia yang berhasrat mewujudkan cita-citanya
dan tidak hanya tenggelam dalam angan-angannya saja.
Seorang Putera yang sadar bahwa
mengenal Engkau dan dirinya sendiri adalah landasan segala ilmu pengetahuan.
Tuhanku...
Aku mohon, janganlah pimpin puteraku di jalan yang mudah dan lunak.
Namun, tuntunlah dia di jalan yang penuh hambatan dan godaan, kesulitan dan tantangan.
Biarkan puteraku belajar untuk tetap berdiri di tengah badai dan senantiasa belajar
untuk mengasihi mereka yang tidak berdaya.
Ajarilah dia berhati tulus dan bercita-cita tinggi,
sanggup memimpin dirinya sendiri,
sebelum mempunyai kesempatan untuk memimpin orang lain.
Berikanlah hamba seorang putra
yang mengerti makna tawa ceria
tanpa melupakan makna tangis duka.
Putera yang berhasrat
Untuk menggapai masa depan yang cerah
namun tak pernah melupakan masa lampau.
Dan, setelah semua menjadi miliknya...
Berikan dia cukup Kejenakaan
sehingga ia dapat bersikap sungguh-sungguh
namun tetap mampu menikmati hidupnya.
Tuhanku...
Berilah ia kerendahan hati...
Agar ia ingat akan kesederhanaan dan keagungan yang hakiki...
Pada sumber kearifan, kelemahlembutan, dan kekuatan yang sempurna...
Dan, pada akhirnya bila semua itu terwujud,
hamba, ayahnya, dengan berani berkata "hidupku tidaklah sia-sia"
Tuhanku...
Bentuklah puteraku menjadi manusia yang cukup kuat untuk mengetahui kelemahannya.
Dan, berani menghadapi dirinya sendiri saat dalam ketakutan.
Manusia yang bangga dan tabah dalam kekalahan.
Tetap Jujur dan rendah hati dalam kemenangan.
Bentuklah puteraku menjadi manusia yang berhasrat mewujudkan cita-citanya
dan tidak hanya tenggelam dalam angan-angannya saja.
Seorang Putera yang sadar bahwa
mengenal Engkau dan dirinya sendiri adalah landasan segala ilmu pengetahuan.
Tuhanku...
Aku mohon, janganlah pimpin puteraku di jalan yang mudah dan lunak.
Namun, tuntunlah dia di jalan yang penuh hambatan dan godaan, kesulitan dan tantangan.
Biarkan puteraku belajar untuk tetap berdiri di tengah badai dan senantiasa belajar
untuk mengasihi mereka yang tidak berdaya.
Ajarilah dia berhati tulus dan bercita-cita tinggi,
sanggup memimpin dirinya sendiri,
sebelum mempunyai kesempatan untuk memimpin orang lain.
Berikanlah hamba seorang putra
yang mengerti makna tawa ceria
tanpa melupakan makna tangis duka.
Putera yang berhasrat
Untuk menggapai masa depan yang cerah
namun tak pernah melupakan masa lampau.
Dan, setelah semua menjadi miliknya...
Berikan dia cukup Kejenakaan
sehingga ia dapat bersikap sungguh-sungguh
namun tetap mampu menikmati hidupnya.
Tuhanku...
Berilah ia kerendahan hati...
Agar ia ingat akan kesederhanaan dan keagungan yang hakiki...
Pada sumber kearifan, kelemahlembutan, dan kekuatan yang sempurna...
Dan, pada akhirnya bila semua itu terwujud,
hamba, ayahnya, dengan berani berkata "hidupku tidaklah sia-sia"
Puisi diatas sungguh sangat fenomenal dan luar biasa yang menggambarkan pengharapan seorang Ayah akan hari depan anak yang sangat dicintai dan dibanggakannya. Dalam pengharapan dan doanya, ia ingin kelak dikemudian hari menjadi manusia yang taat akan perintah Tuhannya, tegar, berpendirian, mandiri, bertanggung jawab, rendah hati, sederhana sekaligus penuh kearifan dalam mensikapi hidup dan kehidupan.
Build me a Son, juga menggambarkan pengharapan seorang ayah agar kelak anaknya menjadi manusia tangguh yang dapat menaggulangi segala persoalan – persoalan yang ada dengan penuh hikmat kebijaksanaan dan kearifan. Persoalan hidup dan tantangan sudah pasti akan di hadapi dalam hidup yang keras ini. Oleh karena itu ia meminta agar Tuhan memberikan kekuatan kepada anaknya untuk melalui semua itu dan bukan minta kemudahan untuk menyelesaikan urusan, sebagaimana yang tertulis dalam sepenggal puisinya tersebut, “Lead him, I pray, not in the path of ease and comfort, but under the stress and spur of difficulties and challenge.” Sang Ayah sadar betul bahwa tidak ada jalan yang mulus untuk menggapai sebuah kesuksesan yang berkualitas.
Diakhir doanya, Sang Ayah sangat berharap dikehidupan anaknya yang sukses tetaplah sang anak menjadi pribadi yang agung, sederhana, arif dan lemah lembut yang menjadi sebuah kekuatan yang sempurna bagi pribadi yang berkualitas. Bagimana harapan dan doa Anda terhadap nak – anak Anda ?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar