Dalam beberapa kesempatan, Mendikbud mengatakan UN
2015 tidak lagi digunakan sebagai penentu kelulusan, melainkan untuk pemetaan dasar
seleksi masuk jenjang pendidikan yang lebih tinggi, peningkatan mutu, dan
pembinaan. Pemetaan tersebut tidak hanya dapat digunakan oleh pemerintah pusat,
melainkan juga untuk siswa, guru, sekolah dan pemerintah daerah, untuk melihat
di mana posisi mereka (siswa, sekolah atau daerah) secara nasional. Selain itu hasil UN bisa dijadikan syarat
melanjutkan ke jenjang pendidikan. Jika
hasil UN tersebut menunjukkan siswa tidak memenuhi kompetensi nasional, maka
siswa dapat mengulang UN di tahun berikutnya meski ia telah dinyatakan lulus
sekolah. “Yang diberikan kesempatan yang nilainya kurang. Opsional. Tidak ada
kewajiban mengulang. Tapi jika dirasa ingin mengulang, boleh,” ujar Mendikbud.
Dengan tidak lagi
menjadikan UN sebagai penentu kelulusan, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan
(Mendikbud) Anies Baswedan mengatakan, proses pembelajaran diharapkan dapat
membentuk perilaku yang lebih positif. Melalui ujian
nasional Pak Menteri menginginkan ada
perubahan perilaku dalam dunia pendidikan, khususnya dalam membentuk karakter
jujur kepada siswa, guru, sekolah, dan pemerintah.
Mendikbud berharap penyelenggaraan ujian
nasional tidak memberatkan siswa, tetapi menjadi kebutuhan siswa dalam mengukur
kemampuan hasil belajar yang telah dijalankan. Bagian mana yang masih kurang,
siswa dapat memperbaiki kembali. “Untuk itu laporan hasil UN harus diletakkan
kelebihan dan kekurangan, agar dapat dilakukan perubahan,” tutur Mendikbud.
Mendikbud
menekankan keberhasilan atas kelulusan peserta ujian nasional tidak boleh di
politisasi, atau dijadikan tolok ukur keberhasilan suatu daerah ataupun
sekolah. Hal ini menjadi perhatian tersendiri, agar pelaksanaan ujian nasional
dapat dilaksanakan dengan jujur dan berintegritas, serta tidak menjadi beban
bagi para siswa. Pelaksanaan UN yang jujur dapat menanamkan karakter yang jujur
juga pada siswa. Kejujuran saat ini akan menjadi potret masa depan,” ujar
Mendikbud.
Mendikbud
mengatakan, UN diharapkan memiliki efek positif bagi masyarakat, yaitu berupa
perubahan perilaku bagi siswa, orang tua dan pemerintah daerah. Ia
mencontohkan, karena sebelumnya UN digunakan sebagai penentu kelulusan, maka
banyak intervensi yang dilakukan guru, sekolah, maupun pemerintah daerah supaya
nilai UN di sekolah atau daerahnya tinggi Karena itu ia mengeluarkan kebijakan
menghapus UN sebagai penentu kelulusan agar ada perubahan perilaku tersebut.
“Harapannya kepala daerah tidak perlu mengumumkan berapa persen di daerahnya
yang lulus UN,” katanya.
Untuk
pemetaan, Menteri Anies menjelaskan, dalam hasil UN akan terlihat jelas
komponen-komponen penilaian. Setiap siswa yang menerima hasil ujian akan
mengetahui capaiannya di antara siswa lainnya, maupun posisinya di rerata
sekolah dan nasional. Dan nilai yang diperoleh siswa juga memiliki penjelasan
kualitatif.
“Setiap orang tua
yang terima nilai anaknya 6, dia bisa tahu 6 itu apa. Atau jika nilainya 7,
baik, artinya dia bisa mengerjakan masalah dan mampu menjelaskan fisika dalam
kehidupan sehari-hari,” katanya.
Mendikbud
mengatakan, skala penilaian selain berupa angka juga keterangan yang dibagi
atas empat tingkatan yaitu sangat baik, baik, cukup, kurang. Pengukuran nilai
ini, kata dia, punya konsekuensi pada parameter
UN, lanjutnya,
adalah assessment yang dilakukan oleh negara yang tujuannya untuk meningkatkan proses
belajar. Bukan untuk menentukan nasib siswa. Dan bagi guru, kata Mendikbud,
mereka punya bayangan anaknya bisa menguasai apa
Mendikbud
mengatakan, kualitas UN akan terus ditingkatkan. Karena ke depan UN mulai
dipakai sebagai tolok ukur anak-anak Indonesia yang mendaftar ke sekolah di
luar negeri. Jumlah siswa Indonesia mencapai sepuluh persen dari siswa dunia.
Sebagai negara yang masuk dalam empat negara dengan penduduk terbanyak,
seharusnya standar Indonesia bisa dipakai sebagai tolok ukur internasional.
“Mereka sudah
mengakui (UN) ini sebagai alat ukur kita. Kalau kita bisa improve terus,
internasional bisa mengakui tolok ukur standar kita,” tuturnya
Tidak ada komentar:
Posting Komentar